Jumat, 29 April 2011
MANAGEMEN PERALATAN ELEKTROMEDIS RUMAH SAKIT
A. MANAGEMEN PERALATAN ELEKTROMEDIS
-Operating Manual adalah buku yang berisi petunjuk mengenai pengoperasian alat sesuai dengan prosedur yang benar.
-Service manual adalah buku yang berisi petunjuk cara pemeliharaan alat sesuai dengan prosedur yang benar.
-Wiring/Schematic diagram gambar hubungan listrik atau perkabelan antara masing-masing komponen/bagian suatu alat.
-Laik pakai adalah suatu kondisi alat kesehatan yang telah memenuhi persyaratan fisik, noma keselamatan kerja, keandalan keluaran dan memiliki ijin operasional yang dikeluarkan oleh instansi berwenang.
-Penyetelan adalah suatu kegiatan pengaturan pada komponen atau bagian dari alat untuk mencapai nilai tertentu (tanpa merubah nilai output)
-Uji fungsi adalah pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian – bagian alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui apakah secara keseluruhan suatu alat dapat dioperasikan secara baik sesuai fungsinya.
-Sertifikat kalibrasi adalah tanda dan atau keterangan bahwa suatu alat telah memenuhi kriteria kalibrasi.
-Running maintenance, adalah pemeliharaan yang dilakukan sementara mesin masih dalam kondisi digunakan.
-Shut Down Maintenance, adalah pemeliharaan yang dilakukan bila mesin tersebut sengaja diberhentikan.
-Emergency Maintenance, adalah jenis pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang belum diperkirakan sebelumnya.
-SDM terlatih dan siap adalah SDM terlatih dalam bidang alat tertentu dan siap melaksanakan tugas mengoperasikan alat atau memelihara alat dimaksud pada saat itu.
-Laporan Kerja adalah laporan teknisi pelaksana pemeliharaan preventif/korektif yang berisi kegiatan yang dilaksanakan dan hasil yang dicapai, untuk setiap kegiatan berdasarkan surat penugasan pemeliharaan peralatan. Laporan kerja ditandatangani oleh oleh user yang menyaksikan dan dikethui oleh Kepala IPS RS
1. Pengoperasian Peralatan Kesehatan
Beberapa tahapan kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam operasionalisasi peralatan kesehatan yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan pengoperasian dalam pelayanan dan penyimpanan peralatan apabila telah selesai digunakan.
dokter, operator maupun paramedik, dll, sesuai dengan tindakan pelayanan yang dilaksanakan.
1.2. Pelaksanaan Pengoperasian dalam Pelayanan
1.1. Persiapan Pengoperasian
Berbagai
aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar peralatan siap
dioperasikan adalah ; peralatan harus dikondisikan dalam keadaan laik
pakai lengkap dengan aksesori yang diperlukan, terpelihara dengan baik,
sertifikasi kalibrasi yang masih berlaku, ijin operasional yang yang
masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan ijin. Prasarana yang
diperlukan oleh masing – masing alat (misal listrik, air, gas, uap)
tersedia dengan kapasitas dan kualitas yang memenuhi kebutuhan. Bahan
operasional tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Kemudian SDM siap, baik
Pelaksanaan pengoperasian peralatan dalam pelayanan medik kepada pasien, secara teknis agar mengikuti urutan yang baku untuk setiap alat, mulai alat dihidupkan sampai alat dimatikan setelah selesai melakukan suatu kegiatan pelayanan medik. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa tombol atau saklar mana saja yang dioperasikan (ON) lebih dulu dan tombol/saklar mana yang dioperasikan kemudian secara berurutan sampai pengoperasian alat sesuai pelayanan medik selesai. Demikia
n halnya pada waktu mematikan alat, maka tombol atau saklar yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal dimatikan (OFF) dan seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama dihidupkan adalah merupakan yang terakhir dimatikan (OFF) pada waktu mematikan alat.
1.3. Penyimpanan Peralatan
Jumat, 21 Januari 2011
Computed Radiography ( CR )
Computed Radiography ( CR )
Computed radiography adalah proses merubah system analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi ( Bambang Supriyono 2003:1). Pada sistem Computed Radiography data analog dikonversi ke dalam data digital pada saat tahap pembangkitan energi yang terperangkap di dalam Imaging Plate dengan menggunaklan laser, selanjutnya data digital berupa sinyal-sinyal ditangkap oleh Photo Multiplier Tube (PMT ) kemudian cahaya tersebut digandakan dan diperkuat intensitasnya setelah itu di ubah menjadi sinyal elektrik yang akan di konversi kedalam data digital oleh Analog Digital Converter (ADC).
Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabung antara film radiografi dan screen, akan tetapi pada Komputer radiografi menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate secara fisik terlihat sama dengan screen konvensional tetapi memiliki fungsi yang sangat jauh berbeda, karena pada imaging plate berfungsi untuk menyimpan enersi sinar x kedalam photo stimulable phosphor dan menyampaikan informasi gambar itu ke dalam bentuk data digital.
Komponen-komponen yang terdapat pada Computed Radiography antara lain :
Kaset
Kaset pada Computed Radiography terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari almunium, kaset ini berfungsi sebagaii pelindung dari Imaging Plate.
Imaging Plate
merupakan komponen utama pada sistem CR yang berfungsi menyimpan energi sinar x, imaging plate terbuat dari bahan Photostimulabel phosphor. Dengan menggunakan Imaging Plate memungkinkan proses gambar pada sistem komputer radiografi untuk melakukan berbagai modifikasi.
Proses yang terjadi pada Imaging Plate di mulai pada saat terkena penyinaran sinar-x , Imaging Plate akan menangkap energi dari sinar x kemudian disimpan oleh bahan phosphor yang akan dirubah menjadi data digital dengan Laser Scanner di dalam Image Reader. Setelah Imaging Plate melalui proses scanning, gambaran akan di tampilkan pada monitor komputer, sementara Imaging Plate masuk ke bagian data penghapusan (erasure) untuk dibersihkan sehingga dapat digunakan kembali untuk pasien yang lainnya.
Proses pembentukan gambar yang terjadi pada imaging plate melalui beberapa tahapan :
1). Exposure
Imaging Plate diletakkan didalam kaset, setelah itu kita lakukan eksposi dengan menggunakan sinar x. Sinar x yang menembus obyek akan mengalami atenulasi sehingga enersi dari sinar x tersebur ditangkap oleh imaging plate dalam bentuk data digital.
2). Stimulate
Bayanggan tersebut kemudian distimulasi dengan Photo Stimulable Phosphor (PSP) yang fungsinya untuk mengubah bayangan laten pada IP menjadi cahaya tampak.
3). Read (pembacaan)
Dengan menggunakan Photo Multiplier, cahaya tampak tersebut di tangkap dan digandakan serta diperkuat intensitasnya kemudian diubah menjadi sinyal elektrik. kemudian sinyal-sinyal ini direkonstruksikan menjadi sebuah gambaran yang dapat dilihat oleh layar monitor.
4). Erasure (penghapusan)
Setelah proses pembacaan seselai, data gambar pada imaging plate secara otomatis akan dihapus oleh Intense Light sehingga imaging plate dapat digunakan kembali.
Charlton, Richard R, dkk, 1992, Principles of Radiographic Imaging Art and Science, Dalmar Publisher, London.
Fuji Film Team, (2001), FCR CR Console Operation Manual. First Edition, Fuji Photo Film Co, Ltd, Tokyo, Japan.
George David, Associate Professor Department of Radiology Medical College of Georgia
Dasar – Dasar Pengetahuan MRI
Dasar – Dasar Pengetahuan MRI
1. Konsep Dasar Inti Atom Hidrogen
Pada dasarnya setiap materi dengan jumlah proton dan netron ganjil akan mempunyai nilai momen magnetik yang dikenal dengan MR nuklei sedangkan inti yang mempunyai jumlah proton dan netron genap akan mempunyai momen magnetik yang bernilai nol. Atom hidrogen terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang melimpah, kurang lebih 80% penyusun tubuh manusia adalah atom hidrogen. Setiap atom hidrogen mempunyai satu inti bermuatan tunggal yang mempunyai nilai magnetisasi. Oleh karena itu maka inti atom hidrogen mempunyai peranan yang sangat besar pada MRI (Westbrook dan kuat, 1999).
2. Presesi dan Frekuensi Larmor Jaringan
Di dalam medan magnet eksternal inti atom akan mengalami gerakan perputaran menyerupai gerakan sebuah gasing. Gasing berputar di atas sumbu bidang vertikal yang bergerak membuat bentuk seperti sebuah kerucut. Gerakan ini disebut dengan presesi. Frekuensi presesi ini besarnya sebanding dengan kekuatan medan magnet eksternal dan nilai gyromagnetic inti atom. Apabila atom dengan frekuensi gyromagnetic yang berbeda berada dalam suatu medan magnet eksternal yang sama maka masing-masing atom mempunyai frekuensi presesi yang berbeda. Sebaliknya walaupun atomnya sama (misalnya atom hidrogen), namun bila diletakkan dalam medan magnet eksternal dengan kekuatan yang berbeda maka akan menghasilkan frekuensi presesi yang berbeda pula. Inti atom hidrogen mempunyai frekuensi presesi 42,6 MHz/ Tesla. Frekuensi presesi ini disebut juga dengan frekuensi Larmor jaringan.
Tiap-tiap inti hidrogen membentuk NMV spin pada sumbu atau porosnya. Pengaruh dari Bo akan menghasilkan spin sekunder atau ”gerakan” NMV mengelilingi Bo. Spin sekunder ini disebut precession, dan menyebabkan momen magnetik bergerak secara sirkuler mengelilingi Bo. Jalur sirkulasi pergerakan itu disebut ”precessional path” dan kecepatan gerakan NMV mengelilingi Bo disebut ”frekuensi presesi” . Satuan frekuensinya MHz, dimana 1 Hz = 1 putaran per detik.
Kecepatan atau frekuensi presesi proton atom hidrogen tergantung pada kuat medan magnet yang diberikan pada jaringan. Semakin kuat medan semakin cepat presesi proton dan frekuensi presesi yang tergantung pada kuat medan magnet disebut dengan frekuensi Larmor yang mengikuti persamaan :
ω = γ B
dimana:
ω adalah frekuensi Larmor proton,
γ adalah properti inti gyromagnetik, dan
B adalah medan magnet eksternal (Westbrook,C, dan Kaut,C, 1999).
Gambar 5 : Presesi (Westbrook,C, dan Kaut,C, 1999).
1. Resonansi
Resonansi adalah peristiwa bergetarnya suatu materi akibat getaran materi lain yang mempunyai frekuensi yang sama. Dalam MRI resonansi merupakan peristiwa perpindahan energi dari pulsa RF ke proton hidrogen karena kesamaan frekuensi. Karena adanya penyerapan energi dari RF inilah pada dasarnya yang mengakibatkan terjadinya magnetisasi transversal sehingga magnetisasi yang diakibatkan oleh pembangkit magnet eksternal dapat diukur berupa pulsa signal MRI. Signal MRI dikenal dengan FID (free induction decay).
Resonansi terjadi bila atom hidrogen dikenai pulsa radiofrekuensi (RF) yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi Larmor atom hidrogen tersebut. Normalnya tubuh manusia mempunyai muatan magnet yang arahnya acak sehingga Net Magnetization Vektor (NMV) nilainya nol, Apabila tubuh manusia dimasukkan dalam medan magnet eksternal yang sangat kuat sebagaimana pada pemeriksaan MRI, maka akan terjadi magnetisasi longitudinal pada inti-inti atom hidrogen. Magnetisasi longitudinal ini sangat kecil bila dibandingkan dengan kuat medan magnet eksternal dari pesawat MRI dan oleh karenanya belum dapat diukur. Untuk dapat mengetahui besarnya magnetisasi inti-inti atom Hidrogen maka inti-inti atom Hidrogen harus mempunyai magnetisasi yang arahnya berbeda dengan medan magnet eksternal. Resonansi pulsa RF mengakibatkan terjadinya magnetisasi transversal yang secara vektor mempunyai arah berbeda dengan medan magnet eksternal sehinga memungkinkan dilakukannya pengukuran NMV.
Untuk dapat terjadi proses resonansi maka besarnya frekuensi RF harus disesuaikan dengan kekuatan medan magnet eksternal dan frekuensi Larmor jaringan. Agar resonansi terjadi pada atom hidrogen pada medan magnet eksternal dengan kekuatan 1 Tesla (10.000 Gauss), maka frekuensi RF yang diberikan adalah 42.6 MHz sedang untuk medan magnet eksternal dengan kekuatan 1.5 Tesla diperlukan 63.2 MHz. Hasil dari peristiwa resonansi adalah adanya perubahan arah NMV pada magnetisasi longitudinal ke arah magnetisasi transversal dan magnetik moment menjadi dalam keadaan in phase. Peristiwa resonansi ini pada dasarnya adalah suatu transfer energi dari gelombang RF ke inti atom Hidrogen yang mengalami magnetisasi oleh pembangkit magnet eksternal.
Prinsip dasar CT Scanner
Prinsip dasar CT Scanner
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya).
Gambar 2.2 Bagan Prinsip Kerja CT Scanner
Pemeriksaan CT Scan Orbita
Pemeriksaan CT Scan Orbita
Menurut Springer (1996), pada pemeriksaan CT Scan orbita dapat menggambarkan keakuratan struktur-struktur tulang orbita seperti pada muscles ophthalmic, bola mata, dan retroorbital fat.
Menurut Neseth (2000), Imejing dari orbita secara lengkap dibuat potongan axial dan coronal. FOV yang divisulisasikan dari gambaran lateral kepala, meliputi anterior bola mata sampai dengan posterior dorsum sella. Scan range yang digunakan adalah dengan irisan yang tipis untuk potongan coronal maupun potongan axial untuk meningkatkan kualitas gambar. Pada scan axial menggambarkan secara keseluruhan dari penebalan superior dari sinus maksilaris yang melalui superior orbita rim.
Sedangkan menurut Springer (1996), pemeriksaan rutin untuk orbita dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan potongan axial dan potongan coronal, dengan slice thickness yang digunakan pada pemeriksaan CT Scan orbita tidak lebih dari 2 mm. Pemeriksaan CT Scan Orbita dapat digunakan untuk menentukan infraorbital foreign body dan untuk evaluasi dari trauma.
Slice thickness yang tipis (3 mm) lebih disukai untuk menggambarkan potongan axila dan coronal dari orbita, hal ini karena dapat memberikan penilaian dari lessi soft tissue dan dapat membantu untuk melihat batasan dari dinding tulang orbita. Beberapa institusi menggunakan slice thickness 1 mm pada scanning axial, kemudian mereformat untuk menghasilkan gambaran coronal atau sagital. Teknik reformat berguna ketika gambaran coronal tidak dapat dilakukan, namun kualitas gambaran reformat memiliki mutu yang lebih rendah dibandingkan dengan direct image (Seeram, 2001).
Pada klinis tumor/ infeksi scanning potongan axial 3-5 mm dari dinding inferior hingga dinding superior cavum orbita, sudut sejajar dengan nervus opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras. Selanjutna dibuat potongan coronal 3-5 mm mencakup seluruh cavum orbita (www.radiografer.net, 2008).
Indikasi pemeriksaan CT Orbita (Jaengsri, 2004)
Kelainan struktur dari orbita, sisi dari orbita, trauma, benda asing.
Persiapan Pasien
Infomasikan mengenai prosedur pemeriksaan kepada pasien, pasien dianjurkan untuk puasa makan dan minum jika dalam pemeriksaan memerlukan injeksi media kontras.
Posisi Pasien
Atur posisi pasien dalam keadaan supine pada scanning axial, head first. Tempatkan kepala pada head holder, dagu fleksi dengan nyaman ke arah dada sehingga OML (Orbito Meatal Line) tegak lurus untuk scan axial dan supine atau prone pada scanning coronal dengan kepala dan leher ekstensi dan mengganjal pada holder.
Scannogram
Scannogram dapat dibuat antero posterior (AP) maupun lateral. Scannogram pada proyeksi AP akan dapat mengevaluasi apakah posisi objek sudah lurus dan berada di pertengahan. Sedangkan scannogram lateral bermanfaat untuk menentukan penyudutan gantry (Neseth, 2000).
Gambar 7. Scannogram CT Scan Orbita potongan axial dan coronal (Neseth, 2000)
Kamis, 20 Januari 2011
KONSEP DOSIS RADIASI
(Batan,2007.,Michael,2002)
Besaran dan Satuan Dosis Radiasi
1). Paparan
Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara pada volume tertentu. Satuan paparan adalah coulomb/kilogram (C/kg)
2). Dosis serap
Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy)
3). Dosis Ekivalen
Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ. Satuan dosis ekivalen adalah Sievert (Sv)
4). Dosis Efektif
Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt) . Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ. Satuan dosis efektif adalah Sievert (Sv)
5). Dosis Kolektif
Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man).
Alat Ukur Radiasi
1). Surveymeter
Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil pengukuran secara langsung pada saat dikenai radiasi. Alat tersebut berfungsi untuk mengukur laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja.
2). Personel monitor
a). Pocket Dosimeter (Dosimeter saku)
Pocket dosimeter saku merupakan detektor isian gas yang bekerja pada daerah ionisasi dan menghasilkan tanggap secara langsung.
b). Film Badge
Film badge adalah detector yang berbentuk film photografi yang berbentuk emulsi butiran perak helida (AgBr).
c). Termo Luminiscence Dosimeter
Termo Luminiscence Dosimeter menggunakan bahan kristal an organik seperti LIF yang bila dikenai radiasi maka mempunyai proses sintilasi.
Selasa, 18 Januari 2011
Hakekat Tomography
Hakekat Tomografi
Tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan struktur jaringan anatomi yang berada pada sebuah bidang jaringan dimana struktur anatomi diatas dan dibawahnya terlihat kabur ( Principles of radiographic Imaging An Art and science, 1992), sedangkan Menurut Richard R Chalton (1992) , tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan gambaran lapisan-lapisan tubuh tertentu dengan cara mengaburkan lapisan atas dan bawahnya.
Prinsip tomografi adalah mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari suatu lapisan tertentu dari organ tubuh dengan cara menggerakkan 2 diantara 3 komponen,. 3 komponen tersebut adalah tube, kaset dan obyek. Tabung sinar x dan image receptor ( kaset ), bergerak berlawanan arah pada sebuah titik yang dinamakan fulcrum ( pivot point ) fulcrum merupakan titik gerak dari tabung sinar x dan image receptor terkonsentrasi (X-ray equipment for student radiographer, 1975).
Dari gambar diatas diterangkan tentang prinsip dan teknik tomografi, yaitu pada permulaan eksposi tabung dan film pada posisi T1 dan F1, selama eksposi tabung akan bergerak berlawana dengan film dan pergerakan keduanya akan berakhir pada posisi T2 dan F2. Focal plane adalah bidang yang berada tepat pada titik fulcrum. Struktur gambaran yang setinggi fokal plane akan terproyeksi jelas yaitu titik 2, sedangkan daerah diatas focal plane yaitu pada titik 1, dan dibawahnya titik 2 akan terproyeksi kabur. Dalam tomografi ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan film dan pengaturan fulcrum atau pivot point.
Pesawat tomografi terdiri dari beberapa bagian. Adapun bagiannya, sebagai berikut:
a. Tiang penghubung ( Telescopic Rod ) adalah yang menghubungkan tabung rontgen dengan tempat kaset yang dapat bergerak sewaktu eksposi ( movement cassette tray ) , tiang penghubung ini menghubungkan fokus pada tabung sinar X sampai pada cassette tray.
b. Fulcrum, merupakan titik gerak yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kedal;aman lapisan yang dikehendaki.
c. Tabung sinar X , dapat bergerak sealama eksposi.
d. Meja kontrol ( control table ) berfungsi mengatur faktor eksposi.
e. Panel control berfungsi mengatur penyudutan tabung, jarak sinar X dengan meja, ketinggian fulcrum dan mengatur kolimasi.
Langganan:
Postingan (Atom)