Kamis, 20 Januari 2011

KONSEP DOSIS RADIASI


(Batan,2007.,Michael,2002)      
Besaran dan Satuan Dosis Radiasi
 1). Paparan
Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara pada volume tertentu. Satuan paparan adalah coulomb/kilogram (C/kg)
2). Dosis serap
Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy)
3). Dosis Ekivalen
Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi  adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ. Satuan dosis ekivalen adalah Sievert (Sv)
4). Dosis Efektif
Dosis efektif  adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt) . Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ. Satuan dosis efektif adalah Sievert (Sv)
5). Dosis Kolektif
Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man).

Alat Ukur Radiasi
1). Surveymeter
         Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil pengukuran secara langsung  pada saat dikenai radiasi. Alat tersebut berfungsi untuk mengukur laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja.
2). Personel monitor
a). Pocket Dosimeter (Dosimeter saku)
Pocket dosimeter saku merupakan detektor isian gas yang bekerja pada daerah ionisasi dan menghasilkan tanggap secara langsung.
b). Film Badge
Film badge adalah detector yang berbentuk film photografi yang berbentuk emulsi butiran perak helida (AgBr).
c). Termo Luminiscence Dosimeter
Termo Luminiscence Dosimeter menggunakan bahan kristal an organik seperti LIF yang bila dikenai radiasi maka mempunyai proses sintilasi.


Dosis Radiasi pada CT Scan
Penghitungan dosis pada CT Scan menggunakan dosis efektif yang diartikan sebagai jumlah bobot dosis organ akibat pemeriksaan dengan faktor bobot masing-masing jaringan. Meskipun tampak mudah untuk menghitung dosis efektif, sebenarnya sulit untuk secara akurat menghitung dosis tersebut untuk sebuah organ secara individual dari sebuah CT scan. Bahkan hal ini lebih sulit ketika menghitung dosis efektif untuk tiap pasien dengan karakteristik yang berlainan  pada tinggi, berat, usia, dan  jenis kelamin. Tingkat acuan dosis CT Scan khususnya pada orang dewasa yang dikeluarkan oleh Safety Standars, Safety Series No.115, International Basic Safety Standars terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Tingkat Acuan Dosis CT Scan khusus orang dewasa (Batan,2007)

No
Pemeriksaan
Dosis rata-rata (mGy)
1
Abdomen
25
2
Head
50
3
Lumbar spine
35
          
Menurut Duerk (2002), banyaknya radiasi yang diterima pasien selama pemeriksaan CT Scan adalah merupakan fungsi dari beberapa parameter. Parameter tersebut meliputi energi berkas (kVp), arus tabung (mA), waktu rotasi (s), slice thickness, range, FOV dan picth (pada scanning spiral).

Cara Pengukuran Radiasi Pasien Pada CT Scan
(Seeram, 2001, Bushberg,2002, Goldman,2007)

Sejarah tentang metode pengukuran dosis pada CT Scan mempunyai banyak skema pengukuran dosis yang didefinisikan sebagai D(z). Beberapa skema di antaranya dengan thermoluminescent dosimetry (TLD) yaitu meletakkan dua kristal pada tepi-tepi lebar berkas sinar-X, dilakukan eksposi kemudian pengukuran dosis yang diserap oleh masing-masing kristal tersebut (Jucius and Kambic, 1977; Dixon and Eckstrand, 1978; Shope et al, 1982; Cacak and Hendee, 1979). Teknik lainnya menggunakan tabung ionisasi khusus yang dapat digunakan untuk mengukur dosis dari beberapa titik pada lebar berkas sinar-X (Moore, Cacak, and Hendee, 1981) dan merekonstruksi dosis hasil pengukuran tersebut ke dalam kurva dosis.
Konsep serupa dikemukakan oleh Burlaw, personel doker radiologi yang menangani masalah dosis CTDI. Untuk memperoleh CTDI, ion chamber yang berbentuk pensil disisipkan dalam lubang garis phantom.  Ion chamber sangat bagus khususnya untuk pengukuran radiasi hambur,  karena dapat menunjukkan dosis rata-rata pasien pada single scan yang diperoleh. Penghitungan CTDI dengan panjang  pensil ion chamber dan slice thickness diperlihatkan dengan persamaan berikut (Bushberg,  2002) :
 
Dimana :
f   :  Faktor konversi dosis eksposure ( mGy/R atau Rad/R)
X  :  Jumlah eksposure dalam pensil ion chamber (mGy)
:  Slice Thickness (mm)
L  :  Panjang dari pensil ion chamber ( contoh  100mm)      

Metode yang banyak digunakan adalah dengan standar dosimetri silindris pada phantom, dengan dosimeter diletakkan di permukaan dan di sebelah dalam phantom. Dosis radiasi yang tepat tidak jelas ditampakkan dengan phantom silindris karena banyak faktor seperti posisi, variasi bentuk pasien dan atenuasi sinar-X yang tidak sama. Namun demikian metode ini berguna untuk menunjukkan bagaimana variasi dosis yang ada pada scanning (pengirisan) selama pemeriksaan (Goldman,2007).  Berikut gambar beberapa peralatan yang digunakan dalam pengukuran dosis radiasi pada CT Scan :
Gambar 2.4 Phantom acrylic silindris pada pengukuran dosimetri standar dengan lobang yang akan dimasuki dosimetri (Goldman,2007)

Terdapat dua ukuran dengan diameter 16 cm untuk kepala dan  tubuh anak-anak, diameter 32 cm untuk ukuran tubuh dewasa (Courtesy of Lawrence Rothenberg) (Goldman, 2007).
Gambar 2.5  TLD yang dimasukkan ke dalam phantom untuk mengukur profil  dosis  (Goldman, 2007)


 
Gambar 2.6 Contoh CT Ionization chamber dengan panjang 100 mm untuk pengukuran CTDI (Goldman, 2007).



Tidak ada komentar: